Kisah Inspiratif Agam dan Rahman: Bukti Nyata 8 Profil Lulusan yang Menjadi Penyelamat Nyawa. Oleh Risnaldi Hamzak

Di tengah hiruk-pikuk dunia yang sibuk mengejar gelar dan jabatan, dua sosok pemberani ini membuktikan bahwa menjadi manusia seutuhnya jauh lebih bermakna. Agam, sang pendaki yang berjuang di keganasan Rinjani, dan Rahman, sang pahlawan di tengah ganasnya Laut Sulawesi, bukan sekadar menyelamatkan nyawa tetapi juga menjadi cerminan nyata dari 8 Profil Lulusan yang ideal. Mereka tak perlu menghafal teori, karena nilai-nilai itu hidup dalam setiap tindakan mereka dari keimanan yang teguh, gotong royong, hingga kreativitas di ujung nyawa. Bagaimana kisah lengkap mereka menginspirasi kita semua? Simak selengkapnya

1. Keimanan dan Ketakwaan kepada Tuhan YME

Di gelap malam lereng Rinjani, Agam duduk sendiri, berselimut kabut dan debu tebing. Ia shalat dengan tali pengaman masih melingkar di tubuhnya. Ia berdoa: “Ya Allah, lindungi kami. Izinkan aku membawa pulang jenazah ini dengan utuh.”
Begitu pula Abdul Rahman, di tengah laut ia mengangkat tangannya sambil berkata, “Ya Allah, tolong kami semua. Lindungi anak ini.” Mereka percaya, Tuhan yang mereka sembah hadir dalam bentuk keberanian, kepedulian, dan kasih sayang.

2. Berkebinekaan Global dan Kewargaan

Agam tak peduli siapa Juliana. Bukan soal dari mana dia berasal, tapi tentang bagaimana menjadi manusia yang adil dan beradab. Sementara Abdul Rahman, dalam kepanikan di laut, menghidupkan rasa kebersamaan, saling menolong penumpang, saling teriak, saling bantu naik ke pelampung.
Mereka bukan hanya warga negara Indonesia, mereka telah menjadi warga kemanusiaan yang seharusnya.

3. Bernalar Kritis

Agam menuruni tebing dengan teknik penyelamatan yang penuh perhitungan. Ia menghitung cuaca, kekuatan tali, dan medan bebatuan. Rahman memutuskan untuk tidak panik, tetap tenang, dan menjaga posisi agar tidak tenggelam bersama anak kecil di pelukannya.
ogika dan akal sehat mereka menjadi senjata utama, bukan sekadar keberanian kosong semata.

4. Kreatif

Saat menunggu bantuan, Agam membuat perlindungan dari matras bekas agar jenazah tidak rusak. Di laut, Rahman menggunakan pelampung seadanya, dan merekam keadaan lewat Facebook Live agar tim penyelamat tahu lokasi mereka. Mereka bukan hanya bertahan. Mereka mencipta jalan keluar dengan apa yang dimiliki.

5. Gotong Royong dan Kolaborasi

Agam tidak sendiri. Ia bekerja bersama tim SAR, menyalurkan arahan, bahkan mengatur logistik dari tebing. Rahman juga membagikan pelampung, mengangkat orang lain, menjadi titik tumpu harapan di tengah lautan. Kebersamaan adalah kunci keberhasilan.

6. Mandiri

Agam tumbuh dari latar belakang sederhana. Anak kampung dari TPA sampah Antang, kini menjadi pendaki profesional dan relawan tangguh. Ia tidak menunggu disuruh, tapi langsung bergerak.
Rahman pun tidak menunggu pertolongan datang. Ia ambil peran, menjadi penolong sebisanya sebelum ditolong.

7. Peduli terhadap Kesehatan Jasmani dan Rohani

Mereka tahu medan ekstrem butuh fisik dan mental kuat. Agam melatih tubuhnya untuk bisa bertahan di ketinggian. Rahman menjaga kekuatan kaki, tangan, keseimbangan, napas dan pikiran agar tetap tenang saat mengapung bersama anak kecil. Ketahanan tubuh dan hati mereka lahir dari semangat mempertahankan hidup.

8. Berkomunikasi Efektif

Agam berbicara pada keluarga korban dengan penuh empati dan kelembutan. Rahman membujuk anak kecil yang menangis dengan suara lembut di tengah amukan ombak.
Mereka tahu, kata-kata bisa menyelamatkan jiwa.

    Mereka telah mengamalkan 8 Profil Lulusan tanpa perlu menyebutnya. Karena sesungguhnya, nilai-nilai itu hidup dalam tindakan, bukan dalam hafalan.

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *